Download novel gratis
Novel versi pdf
Penulis: Haji Abdul Malik Karim Abdullah

Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Dia kemudian diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Perhatian Haji Jafar dan istrinya, Asiah, terhadap Hamid sangat baik. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri, Mereka sangat menyayanginya sebab Hamid sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama. Itulah sebabnya, Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar di sekolah rendah.

Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah ataupun pulang sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain.

Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.

Jurang pemisah itu semakin hari semakin dirasakan Hamid. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Kini dia yatim piatu yang miskin.


Puncak kepedihan hatinya ketika mamaknya, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya.

Dengan berat hati, Hsmid menuruti kehendak Mamak Asiah. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah. Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.
ATAU

0 komentar:

Posting Komentar